Keajaiban 1
Keajaiban 1
Sesuai janjiku di posting sebelumnya, aku akan melanjutkan
kisahku. Aku mulai dari awal saja deh.
Curhat pertamaku :
Organisasi muslim mahasiswa FK seluruh Indonesia (sebut saja
organisasi ‘keren’) sejak dua tahun lalu mencoba membuat buku RMDFK (Risalah
Manajemen Dakwah Fakultas Kedokteran). Draft (daftar isi) sudah beberapa kali
direvisi, tapi hanya sebatas itu saja. Tidak ada kelanjutan untuk serius
menyusunnya menjadi sebuah buku. Untuk kepengurusan tahun ini,
penanggungjawabnya seorang ikhwan dari salah satu FK di Universitas negeri di
Bandung. Sejak awal mengenalnya di Munas tahun lalu, aku sudah merasa ada yang
aneh dari ikhwan ini. Ia banyak bicara, aku tak suka. Ia banyak bertanya,
sungguh memperlama prosesi sidang Munas di Jogja itu. Dan setiap kami (dari
departemen Pengembangan Organisasi dan Kaderisasi) net meeting, dia selalu
banyak menuliskan hal-hal yang kurang penting. Aku geregetan. Dan kini, ketika
masa kepengurusan sudah hampir usai, tinggal 1 bulan lagi, ia belum juga
mengkoordinir siapa saja contributor yang berpartisipasi dalam pembuatan buku
ini. Hmm, sudah ku duga. Seseorang yang banyak bicara biasanya kurang amanah. Alhasil,
kami mengadakan net meeting dadakan, tapi malah dia tidak hadir. Menyebalkan tidak?
Huff… di net meeting dadakan ini aku mengusulkan agar 14 bab ini dibagi rata ke 7 staf departemen. Kecuali
si ikhwan ini, sebut saja RH, sebab dalam setahun, sudah dua kali dia
kehilangan laptop. Semua dokumennya tidak di back up. Sebenarnya sih kasihan
juga, soalnya skripsi yang sudah siap dicetak pun ikut raib bersama laptopnya. Hmm,
tapi bukankah itu tidak profesional? Mengapa dia tak belajar dari pengalaman
atas hilangnya laptop pertama? Ya udahlah, biar aja, itu urusan dia, kami hanya
perlu berempati. Itu saja. Lagipula berita kehilangan laptop tidak lantas
membuatnya harus menyusun RMDFK dari nol kok, sebab RMDFK belum disusun sama
sekali! Dari pembagian ini, aku mendapat bab Manajemen Syiar. Bab ini terlampau
luas, sangat berbeda dengan bab-bab yang spesifik. Aku pun membagi bab ini menjadi
beberapa sub bab. Net meeting yang berlangsung tanggal 14 Oktober ini membuat
kesepakatan bahwa setiap orang harus sudah mengumpulkan tugasnya paling lambat
28 Oktober agar minimal tanggal 1 November sudah selesai diedit oleh DPO (Dewan
Penasehat Organisasi). Sejak tanggal 15 Oktober, aku mulai hunting jurnal,
e-book, buku-buku Islam, baca-baca artikel, untuk bisa menyusun bab Manajemen
Syiar. Setelah bahan terkumpul, tanggal 16 Oktober aku mulai menulis. Selama 9
hari hidupku hampir hanya berkutat pada Manajemen Syiar. Aku kerahkan pikiran,
tenaga, dan waktu. Alhamdulillah, 3 hari sebelum deadline, tepatnya tanggal 25
Oktober, aku merampungkannya. Entah bagaimana kabar terakhir dari teman2 lain. Hari
ini sudah lewat lebih dari seminggu dari batas deadline. Bahkan seharusnya hari
ini, bab-bab yang kami susun sudah teredit oleh DPO dan besok kami harus
melakukan revisi. Selepas revisi, buku dikirim ke percetakan. Minimal 15 hari
percetakan sudah menjawab permintaan kami. Lalala… but it’s just a plan! Realitanya,
baru aku saja yang mengumpulkan tugas. Hmmm :3
Curhat keduaku :
Hari itu aku hanya punya uang 15rb, padahal masih tanggal
muda. Uangku banyak terpakai untuk pembayaran DP pembuatan jas dokter muda,
pakaian jaga, dan pakaian operasi. Selain itu, aku juga mengikuti tes TOEFL
yang biayanya lumayan mahal. Tapi entah mengapa, walau kekurangan uang, aku tak
resah sedikitpun. Aku yakin Allah tidak akan membiarkan hambanya kelaparan.
Di perempatan lampu merah, aku melihat seorang laki-laki pengemis
paruh baya yang cacat. Aku ingin bersedekah. Aku rogoh dompetku. Tak ada
seribuan, tak ada dua ribuan, yang ada hanya lima ribu dan sepuluh ribuan. Tanpa
pikir panjang, aku langsung tarik lima ribu dari dompet dan memberikannya pada
si pengemis. Alhasil, uang di dompetku tinggal 10rb.
Saat hendak pulang ke kos. Entah bagaimana, aku seolah
dibawa menuju ATM oleh motorku sendiri. Aku berhenti di depan ATM yang aku
yakin sebenarnya tabunganku hanya berisi 17rb rupiah. 5 bulan yang lalu,
tabunganku berisi 25rb rupiah. Lalu dipotong biaya administrasi selama lima
bulan, dan tersisa 17rb. Tapi nggak tahu kenapa rasanya pengen cek ATM. Dan ternyataaa..
Di ATMku bukan 17rb, melainkan 1,7juta. Aku mencoba menerka siapa yang
memberiku uang sebanyak ini? Jelas tidak mungkin orang tuaku sebab mereka tidak
tahu nomer rekeningku untuk ATM ini. Kalau memang ini uang yang ajaib dari
Allah, seharusnya berjumlah 50rb, karena hari ini aku cuma sedekah 5rb saja. Tapi
Allah memberiku lebih. Aku langsung tarik uang 1jt utk membayar kos selama dua
bulan. Aku ambil 100rb utk mengisi dompet. Aku tinggalkan 600rb di ATM.
Uang 100rb yang aku ambil, aku gunakan untuk membayar pulsa
modem dan membeli pulsa hape. Cuma sisa beberapa ribu aja. Aku ambil lagi
100rb, aku sedekahkan lagi sebagian, sehingga tersisa beberapa puluh ribu. Uang
di ATM tinggal 500rb. Aku bertekad uang ini harus cukup sampai Desember.
Beberapa minggu kemudian, aku tahu ternyata uang 1,7jt itu
dari rektorat. Uang itu seharusnya muncul lima bulan lalu sebelum aku berangkat
ke Turki, tapi tak apalah, aku lebih bersyukur uang itu justru muncul di saat
aku dalam kondisi ekonomi sulit seperti ini. Sungguh, rencana Allah tentu lebih
matang dan lebih indah. Dana rektorat yang tak cair itu akhirnya turun juga.
Tak ku sangka, bulan ini banyak pengeluaran. Persediaan kosku
sudah mulai habis. Aku datang ke swalayan dan membeli aneka kebutuhan seperti
beras, minyak goreng, bawang merah, bawang putih, aqua gallon, telur, pembalut,
detergen, dll. Lenyaplah uang 200rb dari ATM. Tak ada sesuatu yang tak penting
dari daftar belanja yang aku beli. Semua adalah kebutuhan pokok. Uang di ATM tinggal
300rb. Aku ambil 100rb untuk mengisi dompet. Jadi sisa 200rb. Sekali lagi aku
bertekad uang ini harus cukup sampai Desember.
Biarlah Allah yang mencukupkan segala keperluanku. Kalau Allah
menakdirkan uang 200rb cukup sampai Desember, pasti akan cukup. Walau aku punya
uang berjuta-juta, kalau Allah menakdirkan tidak cukup, maka tidak akan cukup. Aku
yakin itu.
Curhat ketigaku :
Sudah beberapa bulan ini aku dapat amanah untuk mengisi
Micro-teaching atau Mentoring bagi adik-adik muslim angkatan 2012. Pertemuan pertama,
dihadiri oleh dua belas orang. Pertemuan kedua, dihadiri oleh lima orang. Begitulah
mahasiswa FK, seminggu sebelum ujian, mereka tak mau disibukkan dengan hal lain
kecuali belajar. Aku bisa memaklumi. Pertemuan ketiga, dihadiri oleh delapan
orang. Di pertemuan inilah, gebrakan itu ku mulai. Aku ajak mereka mengenal sekaligus
meneladani Nabi dan Rasul. Aku tanamkan tauhid yang kuat pada mereka. Aku buat
mereka memiliki minimal satu ayat atau satu surah favorit dalam Al-Quran. Dari mereka,
ada yang amat antusias dengan Surah Al-Insyirah, Ayat Kursi, Al-Waqiah, Yasin,
Al-Alaq, Al-Fatihah, dan aku pribadi sedang memfavoritkan Surah Al-Fath. Micro-teaching
hari itu, tanpa mereka sadari, aku sedang menanamkan prinsip kuat pada hati
mereka bahwa Islam adalah agama terbenar yang mereka pilih, bahwa Allah sangat
dekat dengan kita. Benar, tatapan mereka sungguh tajam, guratan wajah mereka
sungguh bersemangat. Tak hanya sampai disitu, sepulang mereka ke kos
masing-masing, mereka masih membahas Micro-teaching tadi di dunia maya. Ada yang
menulis status : “Micro Teaching hari ini benar- benar mengena. :)” Ada pula
yang menulis status : “hari yg 'sesuatu dan mak jleb' ini cm bisa mgtakan
subhanallah,dan terimakasih :)” Dan lain-lain.
Aku senang dengan antusiasme mereka.
Bagiku, berlelah-lelah mencari bahan untuk Manajemen Syiar RMDFK, terbayar
sudah oleh gelora mereka untuk mendalami agama Allah.
Curhat keempatku :
Ini tentang posisiku sebagai Pemimpin Redaksi. Sungguh sangat
makan hati. Entah harus bagaimana aku bercerita. Sungguh, kesabaranku amat
diuji. Di satu sisi, aku berhadapan dengan makhluk-makhluk dengan mental tempe
yang tak mau disiplin dan membuat tulisan-tulisan yang anak TK pun juga bisa
melakukannya. Di sisi lain, aku berhadapan dengan makhluk yang sok
perfeksionis, yang selalu menuntut kesempurnaan tanpa tahu apa yang terjadi di
balik kesabaranku selama ini. Sudahlah, aku hentikan saja curhat ini, karena
pasti yang muncul hanyalah rangkaian kata-kata kecewa yang entah dimana
ujungnya.
Curhat kelimaku :
Ini tentang Zenia, adikku. Pernah suatu hari ia bercerita
sambil menangis. Ia kisahkan tentang kawan-kawannya yang memberi gelar PHP
(Pemberi Harapan Palsu) pada Zenia. Entah, Zenia menganggap julukan PHP itu sangat
tidak layak untuk dirinya. Dia sangat sedih. Selama ini dia hanya berusaha
bersikap ramah pada setiap orang, bukan cuma pada laki-laki. Sikap ramah yang
terlalu ramah itu disalahpahami sebagai memberi harapan, disalahartikan sebagai
cewek sok baik. Padahal aku tahu, Zenia memang orang yang selalu berusaha
menyenangkan hati setiap orang. Di Majelis Keputrian Rohis SMA 1, sering Zenia
disindir dan bahkan mungkin dihujat. Aku paham bagaimana sedihnya menjadi
Zenia, terutama ketika sahabat-sahabatnya pun turut menyindirnya. Seseorang yang
selalu easy going dan berpositif thinking seperti Zenia saja bisa merasa
tersindir, apalagi aku. Orang kaku macam aku ini tentu sulit berlapang dada seperti
yang dilakukan oleh Zenia. Aaah, dunia SMA. Dunia para pencari jati diri yang
sok mengibarkan bendera idealisme mereka. Huff… Mereka mungkin hanya tak mau
mengakui saja bahwa Zenia adalah sosok yang menarik, berbeda dengan diri mereka
yang mungkin sampai saat dimana mereka menyindir Zenia itu, sama sekali belum
pernah ada yang tertarik pada mereka. Kisah Zenia ini mengingatkan aku pada
posting sebelumnya tentang anak SMA berinisial ZS yang terlalu agresif
mengedepankan prinsipnya.
Curhat keenamku :
Ini tentang ES (Elective Study) atau Special Study (SS) di
kampusku. Universitas lain menyebutnya skripsi. Ada saja kerikil-kerikil kecil
yang menghalangi, tapi aku bawa santai. Aku nikmati saja prosesnya. Dari mulai
dosen pembimbing yang tiba-tiba meninggalkan Bali untuk kuliah di Surabaya,
sampai hal-hal unik lainnya. Seperti ketika aku harus bolak balik dari kampus
ke rumah sakit beberapa kali lantas aku pulang ke kos dengan tangan hampa. Seperti
ketika dosen pembimbing yang baru amat sulit ditemui dan aku harus menunggu di
depan ruang prakteknya di rumah sakit, maklumlah dokter spesialis. Dan setelah
bertemu, bukan disuruh bikin penelitian atau tesis, aku malah disuruh bikin
SISTEM. Well, sudah sejak tahun 1978, RSUP Sanglah menjadi RS rujukan utama
untuk wailayah Bali dan Indonesia timur. Sudah ada beberapa sistem rujukan
secara umum, tapi sudah lama sekali tidak direvisi. Nah, karena aku memilih
topik Obgyn, aku ‘dituntun’ untuk membuat sistem rujukan kehamilan yang spesifik
dan ‘fresh’, yang sudah dua tahun ini hampir terabaikan. Untuk membuat suatu
sistem yang baru, tentu harus berkaca dari sistem yang lama bukan? Nah, aku
coba menghubungi dua dokter lain yang dianggap paham tentang riwayat sistem rujukan
di Sanglah. Tapi sayang sungguh sayang, kedua dokter itu baru bisa ditemui 3
hari ke depan, sementara waktu terus berjalan dan tak mungkin aku hanya
mematung menunggu dokter-dokter itu. Aku pun menyusun apa saja yang bisa aku
susun. Kemarin, aku serahkan draft sistemku ke dosen pembimbing, ada beberapa
yang harus di revisi. Dan besok malam, aku harus kembali ke tempat praktek sang
dokter untuk menyerahkan kembali hasil revisi. Semoga saja bisa langsung di ACC
dan aku meminta tanggal ujian. Bantu doa ya kawan2ku… Agar aku bisa dapat A!
Curhat ke tujuhku :
Usai ujian blok emergency, dokter ketua coordinator pendidikan
jenjang sarjana mengumumkan bahwa ada beasiswa pertukaran pelajar ke Hawaii dan
ke Jepang. Persyaratannya : CV, daftar prestasi, Transkrip IPK, Sertifikat
TOEFL, dll. Pengumuman kami dengar tanggal 8 Oktober, dan berkas harus dikumpul
paling lambat tanggal 11 Oktober. Untuk CV, daftar prestasi, dan transkrip IPK
mungkin bisa beres. Tapi aku belum punya sertifikat TOEFL dengan nilai minimal
500. Lagipula aku tidak pernah kursus bahasa Inggris di lembaga-lembaga ternama.
Aku ragu apakah TOEFLku bisa diatas 500 atau tidak.
Aku bersama temanku, yang di posting sebelumnya aku sebut ia
CAW, hari itu juga mengunjungi lab bahasa Universitas Udayana. Kebetulan yang
unik, ternyata besok ada jadwal untuk tes TOEFL. Sesampainya di kos, aku
bingung, apa yang harus aku persiapkan untuk tes besok? Aku tak punya buku
TOEFL. Ingin beli, tapi kondisi dompet tidak memungkinkan. Aku hanya mencoba
soal-soal TOEFL secara online, bismillah…
Ini sedikit obrolanku bersama CAW saat galau dengan
persiapan TOEFL. menunggu hasil TOEFL, menyerahkan berkas, dll.
CAW : Gi, besok mau tes TOEFL yang jam berapa? Udah dapat
izin dari ibumu ta?
Aku : jadwalnya jam 10 kan? Jam 10 aja kalo gitu. Aku sudah
izin ibu, kamu juga sudah kan? Kamu punya buku TOEFL ga?
CAW : Aku belum bilang sih sm ibuku ‘__’ tapi udah telpon
kakakku. Nih barusan aku beli buku TOEFL, tapi cuma yg bagian structure aja dan
agak geje T.T
Aku : Pasrah aja dah, terutama yg listening sectionnya..
Huhu :’( Ya setidaknya kan kamu ada buku pegangan. Aku malah mengandalkan
catatan.
CAW : Hajar aja dah besok gi, aku juga males belajar nih
kayaknya, masih capek banget jasmani n rohaniku malam ini :s
Aku : Jasmani n rohani? Haha.. Iya2, ini aku malah nonton
film Serdadu Kumbang. Byk2 shalawat aja dah besok :D
#esok paginya#
CAW : Gi, jangan lupa
bawa pensil n penghapus.. Percuma aku beli buku, aku tadi malem tidur pules
banget ‘__’ hahaha…
Aku : oke, pensil n penghapus sudah siap :’) Ini lg mau
brngkat k lab bahasa. Kalo telat, takut ga dibolehin ikut, hehe. Ga ada yg
percuma, pelajari aja skrg. :D
CAW : Ujian kmrn gak galau, eh TOEFLnya malah galau bgt ‘__’
Aduh malu nih kalo didenger anak2…
Aku : haha, betul juga. Pasrah aja dah, tinggal nunggu
besok. Ohya, besok sekalian mau ambil sertifikat2 di BEM ga?
CAW : Boleh yuk. Kayaknya banyak lho teman2 yang juga mau
test TOEFL, tapi gak tau dimana..
Aku : Hehe, kayaknya saingan kita banyak ya.. tap kenapa
mereka ga tes d lab bahasa aja ya? Bukannya lebih murah? Kamu jadi mau bikin
paspor?
CAW : Aku bingung, gi. Abis disini gak ada KK sama akta
asli. Iya banyak, hiks. Mana aku gak punya prestasi, huhu T.T cuma punya Allah,
haha.
#hari berikutnya#
Aku : Za, contoh CV udah aku kirim. Coba cek email…
CAW : Oke gik thanks. Iya nanti aku buka, aku mo ambil foto
sm transkrip IPK, takutnya blm dibuat. Aduh kmrn aku galau bgt tau, si DAW
diajakin sm dokter DSK, PPN juga. Tp mereka pada gak mau sih, nah RAD kmrn nelpon
dokter DSK sendiri minta diajak :s Apa kata Allah aja deh…
Aku : kun fa ya kun, za.. Jgn hopeless dulu.. semangat! :’)
CAW : Iyaaa, kun fa ya kun. Aku tinggal bikin paspor #eaa
*kayak diterima aja* Saling mendoakan ya, gi. Moga2 kita berdua yang berangkat,
kalo dari segi kelengkapan dokumen sih gitu harusnya :D Amin ya Rabb…
Aku : Betul, semoga msh ada keadilan dmuka bumi ini #halah#
Semoga ga ada nepotisme ‘dibelakang’ :’) Minta aja ibumu ngirim akta n KK asli…
#next day#
Di kelas, CAW bercerita ttg sebuah kecurangan yg ia dengar
hari ini padaku.
Aku : Za, masa’ ga ada sedikitpun rasa kesalmu pas tau CG,
MAD, RAD, PAL maksa petugas Lab abhasa n kerjasama pas ngerjain TOEFL?
CAW : Aku ilfeel aja sih, tapi gimana lagi, semua ternyata
memang ‘bisa dipaksakan’. Aku kayaknya terlalu lembek jadi orang. Pasrah, gik. Namaku
mungkin yg paling pertama diexcluded. :’(
Aku : Aku bener2 ga nyangka mereka bisa menghalalkan cara
kayak gitu. Walau IP mereka lbh tinggi, lebih aktif organisasi, tapi aku rasa
persaingan ini tidak sehat. Sama, za. Aku juga pasrah, yg penting kita tetap
fokus berbuat baik, biar Allah yang balas #teori
CAW : Haha, kamu emang jauh lbh keras drpd aku, wakakak. Aku
masih keseringan ngalah :s Yng ke Jepang kayaknya aku lebih pesimis lagi. Saingannya
lebih serem ‘__’
Aku : pengen deh jadi orang yg serba tenang kayak kamu, za
T.T
CAW : Emang mereka kan gitu banget. Aku udah ilfeel duluan
sih pas dengen DAW cerita, galauku duluan. Malah sebelum TOEFL. dengar ttg
nepotisme, dll. Makanya TOEFL gak bisa konsen.
Aku : Kamu dkasih tau siapa kalo mereka maksa petugas lab
bahasa n contek2an pas TOEFL?
CAW : CG yg cerita dia sm SU n NH, dia kan se-SGD sm aku.
aku cuma senyum2 denger kelakuan NMD – RAD :’) as expected lah, gak begitu
kaget.
#tidak aku balas#
CAW : piye gik? Msh dongkol? Hahaha… aku barusan nelpon
kakakku, malah dia yg masih optimis n semangat. Akunya udah loyo…
Aku : Alhamdulillah aku sudah coba ikhlas, za…
#esok paginya#
CAW : Gik, sudah diSMS sm PAL? Mungkin ini jawaban Allah :D
Haha, ada aja jalannya…
Aku : Udah, tapi tetap jgn berhenti optimis utk yg Hawaii,
za *gaya* :p
#hari selanjutnya#
Aku : Za, tadi aku ditelpon ibuku. Ibu sih feelingnya aku ga
bakal dapet Hawaii n Jepang. Memang belum tentu benar, tp biar aja aku disebut
kalah sebelum perang. Aku mau realistis aja, ini saatnya mengakhiri kegalauan,
haha.. terus berjuang ya buat kamu, za.. kakakmu kan msh optimist uh :D
CAW : haha, kamu aja gitu, apalagi aku. yg optimis kakakku
aja, akunya pasrah dari dulu. Ya mudah2an rejeki sm yg lomba japan foundation.
Aku n CAW begitu pasrah dengan apa yang akan terjadi nanti.
Allah pasti akan memberi yang terbaik, meski didepan kita banyak pohon2
nepotisme yang menjulang tinggi. Bantu doa ya kawan2 :’)
Masih ada yg ingin aku curhatkan, tapi bakal aku lanjut di
postingan besok. Ini tangan udah keriting curhat sepanjang ini, hehe…
Reqgi First Trasia
Denpasar, 6 November 2012
Komentar