Kaisar dan Gadis Keturunan Belanda

Ini Tentang Kaisar dan Gadis Cilik Keturunan Belanda

Cerita pertama

Ayah pernah mengajak Kaisar mengahdiri sebuah acara di Jakarta. Di tengah jalan, ayah tanpa sengaja melanggar rambu lalu lintas. Seorang polisi mencegat Ayah. Ayah menghentikan mobilnya. Ayah memulai aktingnya.

“Selamat siang, Pak.” Sapa polisi itu.
“selamat siang.” Jawab Ayah
“Bapak tau apa kesalahan bapak?”
“Maaf, Pak. Saya nggak tau kalau disitu ada rambu baru. Setiap hari saya lewat sini nggak ada rambu itu. Baru dipasang ya, pak?”
“Iya, pak. Rambu itu baru dipasang. Tapi tetap saja bapak bersalah karena tidak memerhatikan rambu itu.”
“Sekali lagi saya minta maaf, Pak.” Ayah memasang tampang melas.
“Jadi gimana ini, Pak?”
“Damai sajalah…”
“Boleh…”
“Tapi saya cuma bisa ngasih 20rb…”
“Ah, masa’ cuma segitu, Pak…”

Ayah mengeluarkan dompetnya, menunjukkan isinya pada polisi itu, “Lihat nih, Pak. Saya cuma ada 35rb. Kalo 20rb saya kasih ke bapak, uang tinggal 15rb, itu juga buat beli bensin.”

Ayah sengaja hanya menyisakan uang 35rb di dompetnya. Sisanya ditinggal dalam mobil. Strategi acting menghadapi polisi matrealistis! Hahaha…

“Ah, masa’ mobil begini bensinnya cuma 15rb?”
“Ya kan 20rb-nya buat bapak. Habisnya majikan saya itu pelit, Pak.”
“Oh jadi ini bukan mobilmu? Ini mobil majikanmu?”
“Betul, Pak.”
“Yaudah gak apa2.”
Ayah memberikan uang 20rb itu.
“Memang bapak ini mau kemana?”
“Saya mau antar anak majikan saya ke acara ulang tahun temannya, Pak. Itu anaknya.” Jawab Ayah sambil menunjuk ke arah Kaisar yang menaikkan kakinya ke atas radio dan memasang headset di telinganya, bergaya seperti anak boss besar.

Sesaat kemudian, Kaisar berteriak, “Woiii, cepetan woi!”
“Tuh, pak. Anak majikan saya udah marah2. Saya pergi dulu ya.”
“Ya sudah, lain kali perhatikan rambu lalu lintas.”
“Baik, Pak.”
“Ohya, sabar ya jadi supir. Orang kaya jaman sekarang suka semena2. Itu anak kecil aja bisa teriak2 begitu. Sabar ya, pak!”
“Makasih, pak” jawab Ayah sok lugu.
Anak dan Bapak memang kompak buat ngerjain Polisi, hahaha…

Cerita Kedua

Setelah Kaisar mendapat juara pertama kompetisi catur di sekolah, dia mentraktir beberapa teman kelasnya, tapi uangnya hanya cukup untuk mentraktir teman2 prianya saja. Ayah yang mengetahui hal itu langsung menambahkan uang saku untuk mentraktir teman2 perempuan Kaisar, terutama Hesty, gadis cilik keturunan Belanda yang kebetulan lahir di Indonesia. Ayah sangat menyukai Hesty yang cantik, pintar, dan lincah. Lain halnya dengan Kaisar yang hanya menganggap Hesty teman biasa, bahkan cenderung sebal karena Hesty dinilai sebagai gadis yang cerewet. Tak jarang Kaisar menyebut dan menjuluki Hesty sebagai nenek lampir. Lucu memang melihat anak2 SD bermain cinta monyet.

Kaisar dengan gaya angkuhnya berkata pada Hesty, “Eh, lu jangan ge-er ya gue traktir. Ini bukan gue yang mau, tapi Ayah gue. Ayah gue seneng ngelihat lu.”
“Iya udah sih, santai aja. Gue juga gak suka sama elu. Dulu sih waktu kelas satu sama kelas dua iya, tapi sekarang enggak, soalnya lu orangnya nakal.”
“Bagus deh kalo gitu. Gue udah punya pacar soalnya.” Jawab Kaisar membohongi Hesty agar gadis itu tidak ke-ge-er-an dengan kedekatan mereka selama ini.
“Siapa pacar lu, Sar?”
“Vema namanya.”
“Anak mana?”
“Anak Al-Ijtihad”
“Kok lu bisa kenal sama anak dari sekolah lain?”
“Dia dulu teman TK gue.”

Keesokan harinya Hesty bertanya pada Rinda, teman satu sekolah yang dulu satu TK dengan Kaisar. Dia menanyakan tentang Vema. Rinda mengajak Hesty ke rumah Vema, mereka berkenalan dan menjadi teman.

Setelah pulang dari rumah Vema, Hesty bercerita pada mamanya, yang kemudian mama Hesty bercerita ke Ibuku bahwa Hesty melacak keberadaan Vema, gadis yang diceritakan oleh Kaisar.
“Ya elah, ma. Ternyata yang namanya Vema itu pendek, item lagi. Masih cantikan aku.” ujar Hesty.
Aku selalu tertawa mengingat cerita itu. Cerita anak kecil yang aku sendiri bingung mengapa bisa jadi seperti itu… :D

Reqgi First Trasia
16 Februari 2012

Komentar

Postingan Populer