Peran Kwartet

Peran Kwartet
Reqgi First Trasia, dr.

Sepanjang bulan Juli ini aku ingin bercerita mengenai 4 peran yang aku jalankan sekaligus, yaitu sebagai ibu dari Aqila, istri dari Amri, anak dari kedua orang tuaku, dan sebagai dokter umum. Rumit.

Alhamdulillah aku bisa melewati Ramadhan dengan baik (menurutku) tanpa bolong puasa satu hari pun meski dalam kondisi hamil dan harus jaga UGD.
Alhamdulillah aku bisa berkumpul bersama keluarga saat lebaran, meski tidak ada budget untuk baju lebaran. Sepatu baru yang proper digunakan untuk jaga UGD aku rasa sudah lebih dari cukup.

Selama bulan Juli ini sepertinya aku banyak berbuat kesalahan terhadap rekan sejawat dokter. Dari mulai kesalah pahaman soal tukar/ganti jadwal jaga dengan Ricco, soal lembar pemeriksaan fisik yang belum aku lengkapi hingga ditegur Irin, soal cuti mendadak hingga aku ditegur Wulan, sampai hal-hal kecil lain yang membuat aku diinterogasi satu grup kecil. Mereka tidak akan pernah memahami posisiku. Yang mereka tahu hanyalah kami disini mempunyai kewajiban yang sama sebagai dokter umum, mereka ingin aku professional, tidak peduli statusku sebagai istri yang sedang mengandung anak kedua atau sebagai ibu yang harus mengurus Aqila. Entahlah, mungkin karena mereka belum merasakan beratnya hidup berrumahtangga atau ada yang sudah merasakan tapi berada dalam situasi yang berbeda.

Mereka tidak akan pernah peduli bahwa aku harus berhemat gila-gilaan agar gajiku cukup untuk membayar arisan, membayar tiket pesawat Zenia pulang-pergi Jakarta-Mataram, membantu ibu beberapa uang untuk Kaisar masuk ke Gontor, dan sebagainya. Ditambah lagi BHD dan uang jaga yang tak kunjung turun, serta hampir dipastikan akan terlambat, bahkan sangat terlambat.

Di akhir masa cuti 2 minggu selama bulan Juli ini, Aqila sakit. Baru saja pada hari Jumat (22 Juli) beratnya 13 kg, mendadak turun drastic menjadi 12 kg pada hari Minggu (24 Juli) karena vomitus. Aku sedih, stress, seolah cuti 2 minggu yang menyenangkan itu tidak pernah ada.

Ya, aku sempat cuti karena harus menjaga Aqila di Depok. Tidak genap 2 hari aku menitipkannya di rumah mertua di Kodam karena masa cutiku telah usai. Untung saja ibu segera kembali dari Gontor, aku sangat khawatir Aqila tinggal di Kodam sebab tidak terurus dengan baik.

Selama ikut suami di Depok, aku dan Aqila berkeliling silaturahim ke rumah ibu-ibu peri Badr Interactive. Yang pertama kami kunjungi adalah rumah Ahza, anak dari mba Dyfi. Di sana Aqila senang bermain mobil dorong. Yang kedua ingin dikunjungi sebenarnya rumah mba Dewi, tapi sayang Faris sedang sakit, sehingga rencana kunjungan pun dibatalkan. Akhirnya kami mengunjungi Yumna, anak dari mba Nur. Ini sungguh berbeda. Mba Nur sama sekali berrencana tidak akan menyekolahkan Yumna di sekolah formal, hanya sekolah Kutab seperti metode Rasul. Bahkan Yumna juga tidak pernah mendapatkan imunisasi sekalipun. Yang terakhir adalah Azima, anak dari mba Iffah. Aqila senang sekali bermain di perpustakaan milik kakek Azima. Aku juga sangat terinspirasi oleh mba Ifah yang akan melanjutkan studi S2 di UI. Aku ingin sekali lanjut PPDS, hanya saja terkendala waktu dan biaya.

Selama di Depok, pengeluaran banyak sekali. THR ludes.

Hari pertama mulai kembali ke RSUD, sorenya langsung jaga UGD. Awalnya semua sehat-sehat saja, tetapi saat malam hari aku terbangun karena otot di area betis seperti tertarik kuat hingga aku ingin menangis. Sudah 2 hari ini nyerinya tak kunjung hilang sampai aku harus berjalan seperti ibu hamil yang sedang pincang.

Cilegon, 27 July 2016
Reqgi First Trasia, dr.

Komentar

Postingan Populer