Waktu Berkualitas
Waktu
Berkualitas
Sudah
hampir 6 bulan aku nggak nulis di blog, terakhir waktu nulis tentang cara
mengatasi depresi pada ibu rumah tangga. Banyak yang bertanya (pede), kemana
saja aku selama ini?
Bukan
bermaksud ingin lari dari dunia maya, hanya saja sepanjang setahun lalu hingga
minggu lalu, aku banyak menghabiskan waktu berkualitas bersama putri (Aqila
Zhafira Amri) dan suami (Andika Amri).
Bulan
Juli-Agustus aku memang nggak meluangkan waktu untuk menulis karena fokus untuk
Ramadhan dan Syawal. Ya, walaupun seharusnya penulis yang baik adalah yang
konsisten menulis, meski cuma 1 kalimat per hari.
Bulan
Agustus-September-Oktober-November pertengahan, aku menjadi asisten dosen untuk
sebuah penelitian di Divisi Alergi-Imunologi, Ilmu Penyakit Dalam, RSCM-FKUI.
Dari pagi hingga siang, aku ngantor di RSCM. Siang hingga sore, aku
menghabiskan waktu bersama Aqila. Malam menunggu Amri pulang kerja. Menjelang
pagi, mengurusi berbagai tugas rumah tangga sebelum kembali ke RSCM.
Selain
itu aku juga disibukkan dengan pengurusan Sertifikat Kompetensi Dokter, STR
Dokter, dan pendaftaran, serta pemilihan wahana internship yang begitu
menegangkan.
Banyak
sekali yang terjadi pada diri kami (aku-Aqila-Amri) selama 6 bulan ini.
Aku
dan Amri berkesempatan untuk menjelajahi bumi Allah yang bernama Singapore.
Aqila
dan Amri berulang tahun.
Ibu
memarahi dan menyatakan bahwa beliau membenciku karena menuduhku tidak mau
menyokong keuangan keluarga. Ayah sudah 3 tahun tidak bekerja. Sudah berusaha
mencari pekerjaan, tapi kurang gigih. Ayah marah besar kalau dibilang kurang
gigih, entahlah. Hampir setiap hari terjadi pertengkaran, adu mulut,
teriak-teriak di rumah orang tuaku. Itulah mengapa sebenarnya aku lebih nyaman
tinggal di kontrakan bersama Aqila dan Amri saja.
Dampak
dari kemarahan ibu yang menuduhku pelit adalah aku dilarang datang ke rumah
ortu tanpa membawa sepeserpun uang. Aku dituduh cuma numpang hidup dan tidak
tahu balas budi. Lihatlah, kawan. Himpitan ekonomi bisa membuat seorang ibu
membenci anak yang dilahirkannya sendiri.
Aku
bukan tidak ingin membantu. Saat itu statusku adalah dokter tanpa SIP yang
masih dalam penantian masa internship. Aku tidak mau terlalu sering jaga klinik
secara illegal tanpa SIP karena aku tidak berani mengambil risiko pelanggaran
kode etik dan sejenisnya bila terjadi sidak. Tapi ibu tidak mau tahu, yang
penting aku harus memberinya uang. Semua gajiku, aku berikan ke ibu. Hanya aku
ambil 500-600 ribu untuk biaya transport ke RSCM. Sisanya sebesar 1,4 sampai
1,5 juta aku berikan pada ibu. Itupun ibu masih kadang merasa kurang. Ibu
memaksaku jaga klinik-klinik secara illegal.
Sejak
kecil hidupku selalu didekte, kawan. Aku harus selalu menjadi apa yang mereka
inginkan. Berbeda dengan kedua adikku yang dibebaskan memilih apa yang mereka
mau.
Aku
sudah katakan pada ibu bahwa hanya pekerjaan di RSCM saja yang bisa aku lakukan
sejauh ini. Hanya itu yang bisa aku usahakan. Aku tidak mau waktuku bersama
Aqila dan Amri berkurang banyak hanya karena bekerja, terlebih lagi saat
internsip nanti akan sangat menyita waktu. Sangat menyedihkan.
Selain
itu, masih banyak kejadian lain yang terjadi selama 6 bulan ini.
Mertua
masih saja dengan sifatnya yang hedonis, menghabiskan 25 juta per bulan.
Amri
mendapatkan kesempatan untuk pitching iGrow di Istanbul-Turki.
Aku
dan Amri menghadiri beberapa kondangan setiap akhir pekan.
Kami
bertiga (bersama Aqila) bermain di toko buku, taman bermain, dan jalan-jalan
keliling komplek. Kami bertemu 2 kawan Amri yang lulusan Manchaster dan
Erasmus.
Aku
dan Amri mengikuti arung jeram level 3 plus di Sukabumi, hingga aku sempat
hanyut terbawa arus sungai Cicatih dan terluka di bagian kaki. Menyeramkan. Aku
pikir aku akan mati hari itu.
Pernikahan
kami menginjak usia 2 tahun.
Aku
dan Amri melakukan akad di depan notaris untuk membeli rumah di Jalan Keadilan-
Juanda – Depok, dengan KPR Syariah.
Aku
survey lokasi internsip di Cilegon dan bertemu kak Arasy doctormums.
Aku
menulis beberapa artikel doctormums. Saat ini ada 2 jenis artikel di situs itu.
Ada artikel penyakit database. Ada pula artikel popular seperti biasanya.
Doctormums kini sudah menjadi startup, jadi ia bersungguh-sungguh meningkatkan
kualitas. Banyak artikelku yang tidak dipublish karena memang mungkin dinilai
kurang memenuhi standar baru yang ditetapkan. Tapi aku senang menjadi bagian
dari doctormums.
Apa
yang akan terjadi padaku hari ini, besok, lusa, minggu depan dan seterusnya,
aku masih belum tahu. Yang jelas, ada harapan, ada target, ada impian. Bantu
doa ya, kawan. J
Komentar