Entah Harus Senang atau Marah

Entah harus senang atau marah

Entah harus senang atau marah ketika aku menyapu halaman depan kos, ada seorang anak kecil tetangga sebelah rumah mengajakku berkenalan.
Yanti : Hai, namamu siapa? (tanyanya ceria)
Reqgi : Aku Reqgi… Kamu siapa? (Jawabku sambil mengulurkan tangan)
Yanti : Aku Yanti. Ohya, kenalin… ini adikku, Dinda namanya…
Reqgi : Hai, Dinda…
Dinda : hai, Reqgi…
Yanti : Kamu kelas berapa?
Reqgi : *speechless*
Dinda : Kamu kelas berapa, Reqgi?
Reqgi : kalau kamu sendiri kelas berapa?
Yanti : Aku kelas enam, kalau Dinda kelas dua…
Reqgi : Aku sudah kuliah (jawabku sambil tersenyum sok dewasa)
Yanti : Oh, maaf, Kak Reqgi… Aku pikir kamu sama kayak kita-kita…
Reqgi : ?!?!


Entah harus senang atau marah ketika ada teman yang bertanya, “Reqgi, katanya kamu mau berubah, tapi kok post2mu yang super-alay di blog n FB belum kamu hapus? Ya hitung2 pembersihan nama baik gitu, hehe…”
Ku tanggapi pertanyaan itu dengan datar, “Biar aja semuanya terlihat kelam seperti itu, biar semua orang tau bahwa aku bukan malaikat. Aku manusia biasa yang juga pernah labil, yang juga pernah melewati fase-fase alay dalam kehidupan. Toh semua itu masa lalu. Dan biarkan aku tersenyum manis mengenang kepahitan masa lalu.”
Temanku itu hanya mengangguk dan tertawa, entah apa yang ditertawakan.


Entah harus senang atau marah ketika Buku Panduan Kaderisasi FULDFK sudah aku rampungkan dan masalahnya hanya terbentur pada sambutan dari Ketum dan Kadept serta tambahan materi yang secara mendadak diselipkan dipertengahan pengerjaan buku. Aku sangat tidak menyukai hal itu. Aku ingin buku itu segera selesai, tak perlu lah dipersulit seperti ini. Aku ingin jika satu amanah selesai, maka aku akan bisa lebih fokus mengurus amanah yang lain. Huff, sudahlah…


Entah harus senang atau marah ketika semua amanah di IMA untuk deartemen yang aku bawahi, untuk tahun kepengurusan ini telah selesai. Hanya saja selesai dengan masih banyak hal mengganjal yang tersirat dalam bayang2ku.

Untuk amanah yang dipegang Dini, Pelatihan Medis dan Sirkumsisi, selesai, sukses, hanya saja tidak 100% anggota baru IMA mengikutinya.

Untuk amanah yang dipegang Agung, ANIMASI, selesai, sukses, hanya saja masih aku sangsikan dana yang digunakan untuk acara itu… sungguh membludak!

Untuk amanah yang dipegang Bahar, pengkaderan FULDFK, mengirimkan anggota IMA untuk menjadi pengurus FULDFK di DEW 5, terkirim 4 orang-orang super (Bahar, Agung, Usop, dan Dany), hanya saja aku masih berpikir untuk mengarahkan 4 orang super itu untuk ke DEP FULDFK.

Di kepengurusan KIH, kurang dua bulan lagi, tongkat estafet segera diberikan ke angkatan yang insyaAllah jauh lebih fresh. Hanya saja masih ada dua putaran brainstorming Club Esai dan aku yang harus membawakannya lagi. Ah! Tak boleh mengeluh! Apa boleh buat? Blog ini adalah tempatku mengeluh. Blog ini menempati urutan setelah Allah, Ibu, Ayah, dan Adik2ku.

Di kepengurusan Pcyco, aku harus menyusun majalah Injeksi edisi Juni, edisi KPK, dan pengambilan tender majalah Spektrum ISMKI sekaligus. Bisa kau bayangkan betapa kepalaku hampir pecah memikirkan semua itu? Lalu bagaimana dengan kuliahku? Tenang! Aku tak akan mati hanya karena ini! insyaAllah.


Entah harus senang atau marah ketika aku harus membayar 250rb hanya untuk sebuah benda kecil yang kau sebut SIM (Surat Izin Mengemudi).

Entah harus senang atau marah ketika uang tunai untuk membeli sepeda motor baru sudah ada di tangan, tetapi motor dengan merk, type, dan warna yang aku inginkan sedang tidak ada di Bali dan aku harus menunggu kiriman dari Jakarta selama dua bulan!


Entah harus senang atau marah ketika ada seorang teman yang menanyakan padaku tentang cewek berinisial EL, cewek itu teman dari temanku yang bertanya ini.
Temanku : Reqgi, kamu kenal EL?
Reqgi : EL? Siapa ya?
Temanku : Dia itu temanku waktu SMA, Reqgi. Sekarang dia di *bla bla bla*.
Reqgi : Oh, aku tau. Dia itu pacarnya temanku.
Temanku : Iya, kata EL, kamu itu pacarnya teman dari pacarnya ya? Pacarmu anak FK disana?
Reqgi : Iya, tapi itu dulu.
Temanku : Dulu? Lho emang sekarang pacarmu pindah ke FK mana?
Reqgi : Bukan, maksudku… Hmm, dia tetap di FK itu… yang aku maksud “dulu” disini itu adalah “dulu dia pacarku, sekarang sudah berubah”
Temanku : ya ampun, sory, Reqgi, aku gak tau.
Reqgi : Never mind (jawabku sambil tersenyum)

Aku diam. Diam. Dan diam. Lamaaa sekali aku terdiam. Ah, mengapa harus ada pihak2 yang mengingatkanku lagi akan keberadaan laki2 itu ketika aku sudah hampir bisa menyingkirkannya dari hari2ku. Mengapa saat aku sudah mulai bisa lepas dari bayang2nya, banyak sekali kejadian2 yang membuat apa yang sudah terkelupas, menjadi lekat kembali dalam benak. Ah, aku ingin teriak!


Entah harus senang atau marah ketika hari itu Dini bercerita padaku kalau dia digoda oleh Bahar dan Agung dengan pertanyaan yang error!
Agung n Bahar : Dini, kamu kok belum punya pacar sih?
Dini : di Islam tuh gak ada yang namanya pacaran…
Agung n Bahar : oh, kamu mau ta’aruf ya, Din?
Dini : Iya, insyaAllah…
Agung n Bahar : sama siapa, Din? Haha…
Dini : Hush, kalian ini iseng banget sih jadi orang…
Agung n Bahar : Udah, Din. Pacaran aja. Mba Reqgi aja pernah pacaran.
Dini : Aku beda dari Mba Reqgi. Lagipula Mba Reqgi kan sudah lama putus.

Aku tersentak kaget mendengar percakapan itu diceritakan kembali oleh Dini, seketika itu pula aku merasa jijik dengan diriku sendiri, dengan masa laluku, dan dengan keputusan2 yang aku ambil sebagai langkah untuk mengesankan bahwa ‘pacaran’ yang aku lakukan dahulu itu tidak haram karena aku tidak berkelakuan di luar batas.

Aku tak pernah membuka jilbab dihadapan A maupun R. Aku tak pernah berciuman apalagi tidur satu kamar. Aku tak pernah melakukan hal-hal norak itu. Aku hanya senang berbagi cerita dengan mereka. Tapi tetap saja itu suatu kesalahan. Ya, aku memang bodoh. Jika mengingat itu, aku merasa jijik pada diriku sendiri. Ya, sekali lagi aku merasa jijik, terlebih lagi ketika Agung dan Bahar berkata, “Mba Reqgi aja pernah pacaran.”

What the ****! Seolah2 aku sudah melakukan suatu kesalahan besar!

Ah! Sudahlah, tak perlu berlarut2 dalam penyesalan, tak akan ada ujungnya. Lagipula mereka (A dan R) tidak layak untuk dibenci sekalipun mereka pernah menorehkan luka. Yang selalu membuat aku tersenyum adalah ketika secara tidak sengaja mengingat mereka memberikan telinga mereka untuk mendengarkan cerita2ku yang mungkin bisa dibilang tidak penting, mengingat mereka yang pernah membuatku menyunggingkan senyum ketika pujian dan gombalan-gombalan alay dikeluarkan. Tapi, itu dulu. Ya, duluuuu sekali. Dan aku tidak ingin mengingatnya, kecuali secara tidak sengaja.


Tapi kalau yang satu ini aku harus senang dan harus bersyukur! Aku mendapatkan beasiswa senilai 6 juta yang dikirimkan secara berkala, walau sampai hari ini belum dikirim sepeserpun, setidaknya bisa membuatku berencana, seperti biasa, ada 7 rencana :
1. Aku ingin memberi AlQuran kecil untuk 4 anggota IMA yang mendedikasikan diri mereka di kepengurusan FULDFK DEW 5
2. Aku ingin mentraktir adik2 yang mengemban amanah IMA dibawah departemenku (Dini, Agung, dan Bahar)
3. Aku ingin memberi adik2ku (Zenia dan Kaisar) gadget, seperti I-pad atau tablet, karena sudah sejak lama mereka menginginkannya.
4. Aku ingin membeli blackberry, tapi ini bukan prioritas.
5. Aku ingin memperbaiki printerku yang sudah lama membusuk didalam kardus.
6. Aku ingin menyedekahkan sebagian untuk Kas IMA.
7. Aku ingin menabung!

Bismillah! Bantu doa ya, bloggers!


Reqgi First Trasia

Komentar

Postingan Populer